Catatan Teori Komunikasi (Teori Komunikasi Dalam Tradisi Sosiokultural, Retorika, Sibernetika)
www.infoworld.com
Komunikasi adalah saling
berbicara, adalah televisi, adalah penyebaran informasi, adalah gaya
rambut kita, adalah kritik sastra: mencakup definisi yang tidak ada habisnya.
(John Fiske, dalam buku
Pengantar Ilmu Komunikasi)
Dalam berkomunikasi
secara formal ataupun informal, kita seharusnya mengetahui teori-teori mengenai
komunikasi agar komunikasi yang berjalan dapat berlangsung efektif.
Teori menurut Turner (1998) adalah cerita
tentang bagaimana dan mengapa sesuatu teradi. Para ahli biasanya memulai asumsi
menyeluruh, termasuk seluruh bidang social yang dibentuk oleh aktivitas manusia,
menyatakan landasan kepastian dan proses serta sifat dasar yang menerangkan
pasang surutnya peristiwa dalam proses yang lebih khusus”
(Nurudin, M.Si, dalam buku Pengantar
Komunikasi Massa)
Tradisi dalam teori
komunikasi pertama yang akan dibahas ialah tentang tradisi sosiokultural
1.Tradisi Sosiokultural
Teori sosio dan kultural menunjukkan bagaimana pelaku komunikasi
memahami diri mereka sebagai mahluk mahluk kesatuan dengan perbedaan-perbedaan
individu dan bagaimana perbedaan tersebut tersusun secara sosial dan bukan
ditentukan oleh mekanisme psikologis atau biologis yang tetap.
(Dikutip dari ataghaitsa.wordpress.com)
Pemikiran
tradisi sosiokultral ini secara singkat sangat jelas menunjukkan
ketertarikannya pada proses komunikasi yang terjadi pada situasi yang
sebenarnya. Tradisi ini cenderung tertarik pada bagaimana makna diciptakan
dalam interaksi sosial.
(Dikutip dari
buku Teori Komunikasi halaman 51 yang ditulis oleh morissan)
Sederhananya Tradisi Sosiokultural terkait dengan individu dan
interaksinya dengan kelompok lain yang dimana dalam kelompok tersebut terdapat
beragam perbedaan tetapi dalam cakupan yang tersusun secara sosial (luas,
menyeluruh) dan bukan secara psikologis atau individu masing-masing.
Ada lima konsep yang berhubungan dengan diri sendiri yaitu:
1. Interaksionisme
Simbolis
merupakan sebuah cara berpikir mengenai pikiran,
diri sendiri, dan
masyarkat.
Contoh: mindset atau pola pikir mengenai masyarakat Sunda yang
mayoritas bersuara lembut dan pelan.
2. Pembentukan
sosial mengenai diri sendiri
Teori ini adalah gagasan bahwa diri sendiri
tersusun oleh sebuah teori pribadi yang memengaruhi bagaimana kita mendekati dunia.Haree mengungkapkan konsep”diri sendiri” dengan
tiga elemen yang membentuknya yaitu kesadaran, perantara, dan
perjalanan hidup.
Contoh: Pengalaman yang membuat Jajang sadar
bahwa ia sangat beruntung karena masih memiliki keluarga meskipun
kakeknya baru meninggal dunia dan sempat membuat ia sangat sedih. Setelah
bertemu Joy, sebatang kara tetapi tetap hidup semangat dan ceria.
3. Pembentukan
sosial mengenai emosi
James Averill, emosi, merupakan system kepercayaan yang memandu
pemahaman seseorang mengenai situasi.
Contoh: Acin berteman dengan Geri sudah lama, ia sangat percaya dengan
Geri karena Geri anak yang disiplin dan bertanggung jawab. Termasuk ketika Acin
meminjamkan geri laptop, Geri menjaganya dengan baik. Maka Acinpun senang
berteman dengan Geri.
4. Pembawaan
diri
Erving Goffman yang mengemukakan tentang teori pembawaan diri, yaitu
bagaimana seseorang menempatkan diri, apa yang harus dikatakan, dan bagaimana
harusnya anda bertindak.
Contoh: Megi sedang emosi karena dirumah Pegy adiknya baru saja merobek
gambarnya, tetapi pagi itu ia harus mengajar murid-murid TK dan Megi berusaha
tidak melampiaskan kemarahan dan emosinya didepan murid-murid.
5. Teori
Komunikasi mengenai Identitas
Identitas diri yaitu susunan gambaran diri anda sebagai seseorang.
Contoh: Icha seorang penyanyi terkenal, maka ia selalu menjaga
penampilan yang rapid an sopan sebagai public figure.
(penjelasan dikutip dari ataghaitsa.wordpress.com)
2.Tradisi Teori Sibenetika
Dalam KKBI V, sibernetika berarti ilmu tentang komunikasi dan
pengendalian dalam system organisme.
Jelasnya, Teori ini memandang komunikasi sebagai suatu sistem
dimana berbagai elemen yang terdapat di dalamnya saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
(dikutip
dari buku Teori Komunikasi Massa, Morissan)
Dalam hal ini komunikasi sebagai proses informasi dan masalah yang
banyak dihubungkan dengan keramaian, kelebihan beban, dan malfungsi.
Sibernetika digunakan dalam topik-topik tentang diri individu, percakapan,
hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat.
(dikutip
dari mirayashmine.wordpress.com)
Contoh :
Untuk mengoperasikan sebuah kendaraan, misalnya kendaraan roda empat, yang
dimana didalamnya terdapat rangkaian mesin serta kendali atau kemudi yang
tersusun atas system didalam system yang baik hingga kendaraan dapat berjalan
dengan lancer.
Dalam
komunikasi sendiri, dapat dilihat penerapannya pada suatu kelompok pelaku
komunikasi, dalam system pendidikan terdapat system pusat yaitu kementrian
pendidikan, selanjutnya pemerintah daerah masing-masing, sehingga mengerucut
dan diterapkan lah system (dari pusat) dalam system (ke tempat pendidikan
terkait).
Dalam
tradisi cybernetic terdapat beberapa varian, diantaranya:
a). Basic System Theory, ini adalah
format dasar. Pendekatan ini melukiskan seperti sebuah struktur yang nyata dan
bisa di analisa dan diamati dari luar.
b). General System Theory, sistem ini
menggunakan prinsip untuk melihat bagaimana sesuatu pada banyak bidang yang
berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang lain.
c). Second Order Cybernetic, dikembangkan
sebagai sebuah alternative dari dua tradisi Cybernetic sebelumnya.
(dikutip
dari mirayashmine.wordpress.com)
Contoh kasus Tradisi teori
komunikasi Sibernitika
Dili pada semester 1
diberikan uang jajan senilai Rp500.000 perbulan. Dan ia dapat menggunakan uang
tersebut dengan baik, semua kebutuhannya pokok maupun sekedar keinginnya dapat
dipenuhi, ia mempunyai manajemen wkeuangan yang baik.
Semester selanjutnya,
orangtua Dili menambah uang jajannya menjadi Rp1.000.000 perbulan dengan
harapan prestasi Dili dapat lebih baik dan ia lebih rajin.
Ternyata, Dili jadi sering
jalan dan bersantai di kafe ketimbang belajar. Ia juga malah menjadi senang
membeli barang-barang yang tidak ada hubungannya untuk mendukung prestasinya di
kampus seperti membeli alat make up keluaran baru. Alhasil, Dili jadi malas
belajar.
Kesimpulannya, maksud
orangtua Dili agar Dili menjadi lebih berprestasi dengan memberi tambahan uang
jajan, tidak membuat dili lebih rajin.
3.The Rhetorical Tradition (Tradisi Retorika)
Sederhananya, Retorika ialah kemampuan
berbahasa atau berbicara secara efektif dan dapat diterima dengan baik oleh
audience.
Komunikasi Sebagai Seni Berbicara di Depan
Publik
Retorika atau dalam bahasa
Inggris rhetoric, bersumber dari perkataan latin Rhetoricayang berarti
ilmu bicara. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren dalam bukunya “Modern
Rhetoric” mendefinisikan retorika sebagai the art of using language effectively
atau seni penggunaan bahasa secara efektif.
Tujuan retorika yang sebenarnya, adalah
membuktikan maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktiannya. Ini terdapat
pada logika. Retorika hanya menimbulkan perasaan pada suatu ketika, kendatipun
lebih efektif daripada silogisme. Pernyataan yang menjadi pokok bagi logika dan
juga bagi retorika akan benar, bila telah di uji oleh dasar-dasar logika”.
Demikian Aristoteles, selanjutnya ia berkata bahwa keindahan bahasa hanya
dipergunakan untuk empat hal, yaitu yang bersifat:
1. Membenarkan
(corrective)
2. Memerintah
(instructive)
3. Mendorong
(suggestive)
4. Mempertahankan
(devensive)
(
dikutip dari mirayashmine.wordpress.com)
Para
pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang dapat menyampaikan pesan dengan baik,
dengan memperhatikan retorika serta tujuan komunikan yang jelas. Pesan yang
disampaikan pula harus memiliki tujuan yang baik juga harus dengan cara yang
baik. Seperti Soekarno yang terkenal memiliki retorika yang baik bahkan dapat
menghandle massa yang banyak dan membuat massa memperhatikan dan menelaah apa
yang ia sampaikan di beberapa pidato.
thephenomena.wordpress.com
Terdapat
lima perhatian utama yang terdapat dari tradisi retorika, yaitu;
a) penciptaan (invention)
b) pengaturan (arrangement)
c) gaya (style)
d) penyampaian (delivery)
e) ingatan (memory)
(Dikutip dari buku Teori Komunikasi, Morissan, hal 62)
Adapun
varian dari tradisi ini dapat dibagi menajdi beberapa era yaitu:
1).
Era klasik, dimana terjadi pertarungan antara dua aliran, yaitu sophis dan
filosof yang mana aliran sophis beranggapan bagaimana kita dapat berargumen
untuk memenangkan suatu perkara melalui retorika tidak peduli apakah itu benar
atau tidak dan berlawanan dengan aliran filosif yang menganggap bahwa Retorika
hanya digunakan untuk berdialog untuk mendapatkan kebenaran yang absolute.
2).
Era Abad pertengahan, dimana studi tentang retorika berfokus pada pengaturan
gaya, namun retorika pada abad pertengahan dicela sebab dianggap sebagai ilmu
kaum penyembah berhala dan tidak perlu dipelajari sebab agama Kristen dapat
memperlihatkan kebenarannya sendiri.
3).
Era Renaissance, dimana masa ini dianggap sebagai kelahiran kembali
retorika sebagai suatu seni.
4).
Masa Pencerahan, dimana retorika menjadi sarana untuk menyampaikan suatu
kebenaran. Hal ini menjadikan retorika kembali menjadi citra yang baik seperti
saat ini.
5).
Era Kontemporer, era ini ditandai dengan pemanfaatan media massa untuk
menyampaikan suatu pesan baik secara verbal maupun visual pada media massa.
6).
Postmodernisme, dimana aliran ini merupakan alternatif yang dimulai dari
asumsi dan nilai- nilai acuan yang berbeda, untuk menghasilkan suatu retorika
yang berbeda pula.
(dikutip
dari mirayashmine.wordpress.com)
Sumber:
https://ataghaitsa.wordpress.com/2013/04/25/tradisi-sosiokultural/
https://www.academia.edu/18025029/Tradisi_sosiokultural
https://mirayashmine.wordpress.com/2011/01/10/tujuh-tradisi-dalam-teori-komunikasi/
http://tanyatugas.com/pengertian-dan-studi-kasus-tradisi-teori-komunikasi-sibernetika-sosiopsikologi/
Nurudin,M.Si.
2007 Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta; Rajagrafindo Persada
Morissan. 2013 Teori
Komunikasi : Individu Hingga Massa; Prenadamedia Group
Sumber gambar:
https://thephenomena.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar