Selamat Hari Puisi Nasional!
Jumat, 28 April 2017
Saya baru tau kalau hari ini adalah hari puisi nasional, setelah membaca sebuah postingan official account (oa) di line yang memang khusus berbagi hal berbau sastra khusunya puisi, atau sajak singkat yang kebanyakan berbentuk visual.
Sedikit mengulas sejarah, bagaiamana bisa 28 April ditentukan sebagai hari puisi nasional?
For your information, 28 April adalah hari wafatnya penyair sehebat Chairil Anwar. Untuk menghormati mendiang dan karya-karya besarnya, maka dijadikanlah 28 April sebagai hari puisi nasional.
Disini saya tidak menjelaskan rinci apa itu puisi, bagaimana cara membuatnya, apa saja syaratnya dll. Tidak, saya disini akan menceritakan perkenalan saya dengan si puisi ini hingga lika likunya. Itu telah kita temukan saat pelajaran bahasa Indonesia semasa sekolah dulu, hingga kuliah mungkin.
Jadi..
Sejak kecil, saya memang senang menulis. Anak kecil jaman dahulu, biasanya hanya mengenal karya sesederhana cerpen. Dengan memanfaatkan sebuah komputer lama, saya lupa modelnya, yang jelas warnanya abu-abu dan butuh banyak langkah untuk mengoperasikannya seperti mencolokkan kabel cpu, dll serta menekan tombol power dan yang lain.
Tidak sesederhana sekarang, tekan tombol power pada laptop dan menarilah jari diatas keyboard. Selanjutnya saya menulis cerpen saya setiap hari. Satu hari selembar, dalam ms.office word. Dengan sederhana, saya menggunakan clip art yang ada pada word yang saya lupa tahun berapa.
Syukurnya, diusia yang kalau tidak salah sekitaran umur 10 tahun saya sudah bisa mengetik. Sederhana memang, tetapi buat anak seumuran segitu merupakan sedikit prestasi. Dan menulis lah saya berbagai cerita berdasarkan clip art yang tersedia.
Nah, saya ingat satu cerita, seperti yang terlihat pada clip art, cerpen ini berkisah tentang seorang anak perempuan manis yang memelihara seekor kucing. Tetapi si kucing menderita sakit, dan akhirnya dibawa ke dokter bersama si anak dan kakaknya.
Sayangnya, file-file tersebut hilang. Jaman dulu, awal tahun 2000an flashdisk atau hard disk belum terlalu booming. Lalu si komputer tidak digunakan lagi dan di jual diganti dengan yang bisa di lipat, Kalau masih tersimpan kan lumayan buat diterbitkan atau minimal di posting di blog. Terlebih waktu itu karya cerpennya sangat anak-anak. haha bedalah kalau sekarang.
Kemudian saya ingat, ayah saya pernah mengajari saya membuat puisi. Persis seperti dua puisi sebelum postingan ini. Judulnya sama dengan masing-masing huruf pada baitnya. Nama saya sendiri menjadi judulnya. Dan lagi, sayangnya kertas tersebut hilang. Tapi ilmu itu tetap saya ingat. Terimakasih ,Yah.
Memasuki masa SMP saya mulai lagi dengan puisi. Diberi tugas membuat dan membaca puisi oleh guru bahasa Indonesia, Ibu Ria. Awalnya saya tidak begitu antusias, tetapi saat saya selesai membacakan puisi karya saya didepan kelas, dan mendapat respon sangat positif, saya merasa senang.
Mulai itulah, saya menjadi giat berkarya sastra bentuk puisi. Alasannya selain nyaman, puisi singkat tapi penuh makna.Lembaran belakang buku tulis saya kadang berupa potongan bait-bait puisi ala-ala amatir. Kalau tidak salah ada di gudang atas, saya akan mempostingnya nanti kalau ketemu. sip.
Lalu diakhir masa SMP, saya dan kelompok ditugaskan memusikalisasi puisi. Saya semakin jatuh cinta dengan karya sastra ini. Meski saat musikalisasi puisi itu sepertinya saya kurang maksimal. Lebih tepatnya tidak terlalu ingat. Tapi sampai saat ini, saya masih mengagumi pembaca puisi yang dimusikalisasi. Semoga suatu saat saya bisa.
Selain berpuisi dihalaman paling belakang buku catatan pelajaran, saya juga sempat cukup aktif di blog,tetapi saya lupa akunnya jadi ya tidak bisa melanjutkan menulis di blog lama yang alay tersebut hehe.
Lanjut, memasuki masa SMA, saya tidak menyentuh blog dan lalulah menjadi lupa akun.Saya mulai belajar membuat karya visual berupa doodle & hand lattering. Tetapi saya tetap menulis puisi, di buku khusus atau ada juga yang saya kirim ke sebuah website. http://www.lokerpuisi.web.id/search?q=mia+islamidewi selamat membaca puisi!
Hingga saat ini, puisi menjadi cerita abadi. Nahloh jadi puitis. Tetapi pada kenyataanya tidak banyak yang tau saya senang berpuisi. Sempat pada saat SMA saya mempunyai teman yang mempunyai ketertarikan dan bidang puisi, saya sering berbagi 'potongan sajak' bersamanya. Tapi sayang sekarang mungkin ia sibuk, tetapi saya tau ia masih berpuisi. Aurel, tetap bermain-main dengan kata dan prosa ya!
Puisi itu abadi.
Kata Wikipedia,
puisi itu (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah sebuah seni tertulis. Dalam bentuk seni ini, seorang penyair menggunakan bahasa untuk menambah kualitas estetis pada makna semantis.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. Kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Puisi itu ungkapan tanpa suara.
Chairil Anwar, Aku ini binatang jalang
Sapardi Djoko Damono, Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Sutarji Calzoum Bachri, Sepi Saupi Sepi Saupi
W.S. Rendra, Emha Ainun Najib, Taufiq Ismail, serta penyair-penyair hebat lain.
Hingga Widji Thukul yang "Istirahatlah Kata-Kata"-nya baru saja di filmkan, dan menyebabkan saya ditanya heran oleh dua orang lelaki, dengan pertanyaan yang kira-kira berbunyi seperti ini "Loh dek? kok mau nonton film kek gini?" mungkin juga keheranan saya nonton sendirian.
Dapat dibuktikan, minat kaum milenials saat ini cenderung tidak meminati sastra. Maka pada saat saya mengetahui salah seorang teman saya dikampus, Teguh, ia menyukai Bung Fiersa Besari, penulis pemusik muda. Teguh menyukai karya sastranya Bung Fiersa, terimakasi Teguh sudah meminjamkan saja buku Garis Waktu.
Pada pemutaran film Ada Apa Dengan Cinta 1-2, fokus sebagian orang memang kebanyakan antara kisah Rangga-Cinta, tetapi saya juga tertarik oleh bait-bait karya Rangga. Termasuk juga puisi Cinta, Tentang Seseorang, hingga puisi-puisi Aan Mansyur di AADC 2 yang membuat saya mengulang part tersebut pada saat menonton film AADC baik 1 atau 2 di laptop.
Sebelum itu, kembali pada saat SMA, teman saya Jerzy meminjamkan saya buku Distalasi Alkena, buah karya Wira. Wira dikenal sebagai salah satu stand up comedian, atau comic yang jika membawa materi ia pasti menyelipkan candaan yang menyangkut perasaan hati. Terbukti, membaca Distalasi Alkena sangat puitis dan membuat baper uhuh. by the way, terimakasi pula buat jerzy yang sudah memberi buku tersebut menjadi milik saya.
Sekarang, pada saat kuliah, saya masih senang berpuisi. Tetapi cenderung ke masalah hati hihi.
Tidak masalah bukan? Berkaryalah. Tapi sayangnya puisi tersebut tidak bisa sepenuhnya saya publikasikan hehe.
Sebenarnya, semua karya sastra itu sama. Entah itu cerpen, puisi atau yang lainnya. Ini hanya soal perasaan. Sebagian besar seseorang, termasuk saya, menyukai karya yang sesuai dengan keadaan saya. Begitu pula saat menjadi pelaku tulis, saya menulis atas apa yang saya lihat dan rasakan. bahkan ada yang pernah bilang, semakin patah hati seseorang maka semakin dalam pula puisi yang ia karang.
Teman-teman, membuat puisi, membacakan puisi bahkan memusikalisasinya, itu bukan lah hal yang 'alay' atau terlalu romantis atau melow. Ini adalah seni, berkarya lah bebaskan jari tanganmu menari, otak kanan kirimu sibuk sendiri, menyusun kata menjadi puisi.
Dua bait dari saya,
Ternyata ada yang tak selamanya di hati
Tetapi ia abadi dalam puisi patah hati..
Komentar
Posting Komentar